Desa Menyarik terletak di Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan. Menurut tutur kata Orang tua, Kata "Menyarik" berasal dari kata "nyarik" yang bermakna "mencari" artinya, pada Jaman dulu Desa Menyarik dijuluki sebagai "Ngambal", ibaratnya seperti taman Indah yang menjadi rebutan banyak Orang. Sehingga banyak orang yang mencari Desa ini. tebentuknya Desa ini pada masa Kolonialisme. Pada masa Kolonial Desa ini memiliki tiga Kepemimpinan (3 kepala Desa).
Nama dari Kepala Desa pertama Desa Menyarik dijadikan nama Jalan yang ada di Desa Menyarik yakni Jalan Onggo Leksono. Pada masa Kolonial para Pribumi dipaksa kerja rodi oleh Belanda. Terdapat Peninggalan yang ada di desa Menyarik yakni Tegal Bunder Peni merupakan peninggalan Belanda yang dulunya menjadi markas kolonialisme berada di tengah-tengah sawah Dusun Nyangkring.
Salah satu dusun dengan asal usul yang menarik di desa Menyarik yaitu dusun Kluwes. Menurut tutur kata Orang tua, "Kluwes" berasal dari kata "luwes" yang artinya ayem tentrem. pada dulunya orang-orang dusun Kluwes sangat santai dalam bekerja atau tidak mengeluarkan energi berlebihan sehingga membuat hatinya ayem tentrem. Oleh karena itu, dusun tersebut dinamai Kluwes. pada masa Kolonialisme, terdapat kepercayaan bahwa orang-orang Belanda tidak bisa melakukan penyerangan terhadap dusun Kluwes karena orang-orang Kluwes dulunya memiliki kekuatan Supranatural atau orangnya sakti-sakti.
Sebelum Islam masuk Masyarakat Menyarik menganut Budaya Kejawen, setiap ada acara pasti bakar dupa atau membuat sesajen. Setelah masuknya Islam, terjadi Akulturasi budaya antara Jawa dengan Islam menjadi Islam kejawen. Hingga saat ini budaya Islam kejawen masih melekat di masyarakat Menyarik.